Artikel ini mengulas wacana pengertian versi pembelajaran, pengertian versi pembelajaran kooperatif, serta kehabisan dan keunggulan versi pembelajaran kooperatif
Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran artinya pola pembelajaran yang sudah didesain sedemikian hingga untuk meraih tujuan pengajaran. Menurut Suprijono (2009:46) mengemukakan bahwa "model pembelajaran merupakan pola yang digunakan selaku pedoman dalam menyiapkan pembelajaran di kelas maupun tutorial". Menurut Joyce dan Weil dalam Rusman beropini bahwa "model pembelajaran merupakan suatu planning atau pola yang sanggup digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), mendesain bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain".
Lufri menyampaikan bahwa "model pembelajaran merupakan pola atau pola pembelajaran yang sudah didesain dengan menggunakan pendekatan atau sistem atau taktik pembelajaran yang lain, serta dilengkapi dengan tindakan (sintaks) dan perangkat pembelajaran".
Lebih lanjut Joyce dalam Trianto (2010:22) menyampaikan bahwa "model pembelajaran merupakan suatu penyusunan rencana atau suatu pola yang digunakan selaku pedoman dalam menyiapkan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam panduan dan untuk menyeleksi perangkat-perangkat pembelajaran tergolong di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum".
Dari beberapa pengertian versi pembelajaran di atas, maka ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran merupakan pola pembelajaran terpola yang menjadi pedoman bagi perancang dalam proses aktivitas pembelajaran. Melalui versi pembelajaran guru sanggup menolong penerima didik mendapatkan informasi, cara berpikir, keahlian dan mengekspresikan diri.
Model Pembelajaran Kooperatif
Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Hamdani (2011:30) bahwa "model pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian aktivitas berguru siswa dalam golongan tertentu untuk meraih tujuan pembelajaran yang dirumuskan".
Menurut Isjoni (2009:23) bahwa "pembelajaran kooperatif merupakan suatu versi pembelajaran yang dikala ini banyak digunakan untuk merealisasikan aktivitas berguru mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), utamanya untuk menanggulangi permasalahan yang didapatkan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak sanggup berafiliasi dengan orang lain, siswa yang garang dan tidak menghiraukan pada yang lain
Sementara itu menurut Suprijono (2009:54) bahwa "pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang lebih luas termasuk semua jenis kerja golongan tergolong bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru".
Menurut Rusman (2010:202) bahwa "pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa berguru dan melakukan pekerjaan dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya berisikan empat hingga enam orang dengan struktur golongan yang bersifat heterogen.
Selanjutnya Nurulhayati dalam Rusman (2010:203) menyampaikan bahwa "pembelajaran kooperatif merupakan taktik pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu golongan kecil untuk saling berinteraksi". Menurut Artzt dan Newman dalam Trianto (2010:56) menyampaikan bahwa "dalam berguru kooperatif siswa berguru bareng selaku suatu tim dalam merampungkan tugas-tugas golongan untuk meraih tujuan bersama
Dari beberapa pengertian versi pembelajaran kooperatif di atas, sanggup ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan versi pembelajaran yang lebih menumbuhkan kehendak siswa dalam belajar, berafiliasi dan saling menolong dalam suatu golongan kecil sehingga tercapai proses dan hasil berguru yang produktif.
Tujuan yang ingin diraih dalam berguru kooperatif ini merupakan menaikkan berguru siswa untuk kenaikan prestasi akademik dan pengertian baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa melakukan pekerjaan dalam satu team, maka dengan sendirinya sanggup memperbaiki korelasi diantara para siswa dari aneka macam latar belakang, etnis dan kemampuan, membuatkan keterampilan-keterampilan proses golongan dan pemecahan masalah.
Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Hamdani (2011:31) ada beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu:
- Setiap anggota memiliki peran
- Terjadi korelasi interaksi pribadi diantara siswa
- Setiap anggota golongan bertanggungjawab atas cara belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya
- Guru menolong membuatkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok
- Guru cuma berinteraksi dengan golongan dikala diperlukan
Menurut Arends dalam Trianto (2010:65-66) menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri selaku berikut:
- Siswa berguru dalam golongan secara kooperatif untuk merampungkan materi belajar
- Kelompok dibikin dari siswa yang memiliki kesanggupan tinggi, sedang dan rendah
- Bila memungkinkan, anggota golongan berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam
- Penghargaan lebih berorientasi terhadap golongan ketimbang individu
Menurut Rusman (2010:207) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif selaku berikut:
- Pembelajaran secara team
- Didasarkan pada administrasi kooperatif
- Kemauan untuk bekerjasama
- Keterampilan bekerjasama
Pada dasarnya versi pembelajaran kooperatif bercirikan dengan adanya:
- Struktur tugas: mengacu terhadap cara pembelajaran diorganisasikan dari jenis aktivitas yang dilakukan siswa di dalam kelas
- Struktur tujuan: merupakan kadar saling ketergantungan pada dikala siswa menjalankan tugas. Ada tiga macam struktur tujuan yaitu
- Individualistik merupakan jikalau pencapaian tujuan itu tidak membutuhkan interaksi dengan siswa lain
- Kompetitif merupakan jikalau siswa cuma sanggup meraih suatu tujuan jikalau siswa lain tidak sanggup meraih tujuan tersebut
- Kooperatif merupakan jikalau siswa sanggup meraih tujuan cuma jikalau berafiliasi dengan siswa lain
- Struktur penghargaan (reward): merupakan penghargaan yang diperoleh siswa atas prestasinya. Struktur penghargaan ini bervariasi tergantung jenis aktivitas yang dilakukan. Ada penghargaan individualistik, penghargaan kompetitif dan penghargaan kooperatif.
Roger dan David Johnson dalam Suprijono (2009:58) menyampaikan bahwa "tidak semua berguru golongan bisa dianggap pembelajaran kooperatif".
Untuk meraih hasil yang maksimal, lima unsur dalam versi pembelajaran kooperatif mesti diterapkan. Lima unsur itu menurut Roger dan David Johnson dalam Suprijono (2009:58) merupakan selaku berikut:
- Positive interdependence (saling ketergantungan positif)
- Personal responsibility interaction (tanggung jawab perseorangan)
- Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
- Interpersonal skill (komunikasi antar anggota)
- Group processing (pemrosesan kelompok)
Selain lima unsur penting yang terdapat dalam versi pembelajaran kooperatif, versi pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan versi pembelajaran lainnya. Menurut Slavin dalam Trianto (2010:61-62) konsep utama dari berguru kooperatif merupakan selaku berikut:
- Penghargaan kelompok, yang hendak diberikan jikalau golongan meraih patokan yang ditentukan
- Tanggungjawab individual, memiliki arti bahwa suksesnya golongan tergantung pada berguru individual semua anggota kelompok. Tanggungjawab ini terkonsentrasi dalam kerja keras untuk menolong yang lain dan menentukan semua anggota golongan sudah siap menghadapi penilaian tanpa pinjaman yang lain.
- Kesempatan yang serupa untuk sukses, memiliki arti bahwa siswa sudah menolong golongan dengan cara mengembangkan berguru mereka sendiri.
Dari uraian di atas, sanggup ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah:
- Adanya koordinasi antar anggota kelompok
- Setiap anggota golongan memiliki tanggungjawab
- Anggota golongan memiliki rasa saling ketergantungan
- Setiap golongan dibikin dari siswa yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda
- Adanya penghargaan terhadap kelompok
Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan dan kelemahan. Sanjaya (2010:249-251) menguraikan keunggulan dan kehabisan versi pembelajaran kooperatif selaku berikut:
- Keunggulan versi pembelajaran kooperatif
- Melalui versi pembelajaran kooperatif siswa tidak terlampau bergantung pada guru, akan namun sanggup memperbesar keyakinan kesanggupan berpikir sendiri, mendapatkan warta dari aneka macam sumber, dan berguru dari siswa yang lain
- Model pembelajaran kooperatif sanggup membuatkan kesanggupan mengungkapkan wangsit atau ide dengan kata-kata secara ekspresi dan membandingkannya dengan wangsit orang lain
- Model pembelajaran kooperatif sanggup menolong anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta mendapatkan segala perbedaan
- Model pembelajaran kooperatif sanggup menolong mempekerjakan setiap siswa untuk lebih bertanggungjawab dalam belajar
- Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu taktik yang cukup ampuh untuk mengembangkan prestasi akademik sekaligus kesanggupan sosial, tergolong membuatkan rasa harga diri, korelasi interpersonal yang positif dengan yang lain, membuatkan keahlian me-manage waktu, dan perilaku positif terhadap sekolah
- Melalui versi pembelajaran kooperatif sanggup membuatkan kesanggupan siswa untuk menguji wangsit dan pemahamannya sendiri, mendapatkan umpan balik. Siswa sanggup berpraktik memecahkan dilema tanpa takut bikin kesalahan, alasannya merupakan keputusan terbuat merupakan tanggung jawab kelompoknya
- Model pembelajaran kooperatif sanggup mengembangkan kesanggupan siswa menggunakan warta dan kesanggupan berguru abnormal menjadi positif (riil)
- Interaksi selama kooperatif berjalan sanggup mengembangkan motivasi dan menampilkan ransangan untuk berpikir. Hal ini mempunyai kegunaan untuk proses pendidikan jangka panjang
- Kelemahan versi pembelajaran kooperatif
- Untuk mengetahui dan mengerti filosofis versi pembelajaran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita menginginkan secara otomatis siswa sanggup mengerti dan mengetahui filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, kondisi seperti ini sanggup mengusik iklim kolaborasi dalam kelompok
- Ciri utama dari versi pembelajaran kooperatif merupakan bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh alasannya merupakan itu, jikalau tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran pribadi dari guru, bisa terjadi cara berguru yang demikian apa yang semestinya dipelajari dan dimengerti tidak pernah diraih oleh siswa
- Penilaian yang diberikan dalam versi pembelajaran kooperatif didasarkan pada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa bergotong-royong hasil atau prestasi setiap individu siswa
- Keberhasilan versi pembelajaran kooperatif dalam upaya membuatkan kesadaran berkelompok membutuhkan periode waktu yang cukup panjang. Dan hal ini tidak mungkin sanggup tercapai cuma dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan taktik ini
- Walaupun kesanggupan melakukan pekerjaan sama merupakan kesanggupan yang sungguh penting untuk siswa, akan namun banyak aktivitas dalam kehidupan yang cuma didasarkan terhadap kesanggupan secara individual. Oleh alasannya merupakan itu idealnya lewat versi pembelajaran kooperatif selain siswa berguru melakukan pekerjaan sama, siswa juga mesti berguru bagaimana membangun keyakinan diri. Untuk meraih kedua hal itu dalam versi pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah
Peranan Guru Dalam Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam pelaksanaan versi pembelajaran kooperatif diperlukan kemauan dan kesanggupan serta kreativitas guru dalam mengorganisir lingkungan kelas. Sehingga dengan menggunakan versi ini guru bukannya bertambah pasif, namun mesti menjadi lebih aktif utamanya dikala menyusun planning pembelajaran secara matang, pengaturan kelas dikala pelaksanaan, dan bikin kiprah untuk dilakukan siswa bareng dengan kelompoknya.
Dalam versi pembelajaran kooperatif, guru mesti bikin kelas selaku laboratorium demokrasi, agar penerima didik berpengalaman dan sudah biasa berlainan pendapat. Kebiasaan ini penting dikondisikan sejak di dingklik sekolah, agar penerima didik sudah biasa berlainan pendapat, jujur, sportif dalam mengakui kekurangannya sendiri dan siap mendapatkan pertimbangan orang lain yang lebih baik serta bisa mencari pemecahan masalah.
Menurut Isjoni (2009:92-94) kiprah guru dalam pelaksanaan kooperatif learning merupakan selaku berikut:
- Sebagai Fasilitator
- Sebagai Mediator
- Sebagai Director-motivator
- Sebagai Evaluator
Sebagai fasilitator seorang guru mesti memiliki sikap-sikap selaku berikut: (1) Mampu bikin situasi kelas yang tenteram dan menyenangkan, (2) Membantu dan mendorong siswa untuk mengungkapkan dan menerangkan impian dan pembicaraannya baik secara individual maupun kelompok, (3) Membantu kegiatan-kegiatan dan menawarkan sumber atau perlengkapan serta menolong kelangsungan berguru mereka, (4) Membina siswa agar setiap orang merupakan sumber yang berharga bagi yang lainnya, (5) Menjelaskan tujuan aktivitas pada golongan dan mengontrol penyebaran dalam bertukar pendapat.
Sebagai mediator, guru berperan selaku penghubung dalam menjembatani mengaitkan materi pembelajaran yang sedang dibahas lewat pembelajaran kooperatif dengan permasalahan yang positif didapatkan di lapangan. Disamping itu, guru juga berperan dalam menawarkan fasilitas pembelajaran, agar situasi berguru tidak monoton dan membosankan.
Sebagai director-motivator, guru berperan dalam membimbing, serta mengarahkan jalannya diskusi, menolong kelangsungan diskusi namun tidak menampilkan jawaban. Disamping itu, selaku motivator guru berperan selaku pemberi semangat pada siswa untuk aktif berpartisipasi.
Sebagai evaluator, guru berperan dalam menganggap aktivitas berguru mengajar yang sedang berlangsung. Penilaian ini tidak cuma pada hasil, lebih ditekankan pada proses pembelajaran. Penilaian dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok.
Tahap-Tahap Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam Hamdani (2011:34-35) ada enam langkah utama atau tahapan di dalam pembelajaran yang menggunakan versi pembelajaran kooperatif yang terangkum pada tabel di bawah ini:
FASE-FASE | PERILAKU GURU |
Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa | Menyampaikan semua tujuan yang ingin diraih selama pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar |
Fase 2 : Menyajikan informasi | Menyajikan warta terhadap siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat materi bacaan |
Fase 3 : Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar | Menjelaskan terhadap siswa cara membentuk golongan berguru dan menolong setiap golongan agar melaksanakan transisi secara efisien |
Fase 4 : Membimbing golongan melakukan pekerjaan dan belajar | Membimbing golongan berguru pada dikala mereka menjalankan kiprah mereka |
Fase 5 : Evaluasi | Mengevaluasi hasil berguru wacana materi yang sudah dipelajari/meminta penyajian hasil kerja terhadap kelompok |
Fase 6 : Memberikan penghargaan | Menghargai upaya dan hasil berguru individu dan kelompok |