Sekilas Mengenal Tradisi Dan Budaya Ono Niha - Nias

 Bahasa Nias yang dipakai selaku  sebutan untuk penduduk orisinil yang lahir Sekilas Mengenal Tradisi dan Budaya Ono Niha - Nias

Ono Niha - Bahasa Nias yang dipakai selaku sebutan untuk penduduk orisinil yang lahir, tinggal, dan hidup serta berasal dari tempat Pulau Nias (Tanö Niha).

Dalam Bahasa Indonesia, ono artinya anak atau keturunan, niha artinya manusia. Secara harafiah Ono Niha sanggup diartikan selaku anak atau keturunan manusia.

Secara umum, Ono Niha lebih dipahami dengan Orang Nias atau Suku Nias.
Sebelumnya perlu saya informasikan, walaupun blog saya ini niche-nya panduan dan pendidikan, akan namun tidak berkesalahan kalau saya menulis tentang Nias. Rasanya mirip kurang afdol kalau saya tidak memperkenalkan dan membagikan keterangan tentang tempat saya sendiri.
Bagi saudara-saudara saya sesama suku Nias, semua hal-hal yang saya tulis diartikel ini ialah keterangan biasa yang sudah kita pahami bersama. Disini saya cuma membuatkan keterangan buat saudara-saudara yang masih belum mengenal dan ingin tahu tentang tempat kita - kepulauan Nias - walaupun cuma sekilas dan tidak begitu mendetail.

Ayo, kita lanjut....

Nias itu apa y??

Nias yakni nama pulau yang terletak di sebelah kiri pulau Sumatera.

Merujuk dari pemahaman pulau, pulau Nias atau dalam bahasa Nias disebut Tanö Niha (tanö = tanah, niha = manusia) sanggup diartikan selaku sebidang tanah di daratan Indonesia yang ukurannya kecil dan dihuni oleh sekelompok insan / suku / orang yakni suku Nias.

Meskipun ukuran pulaunya kecil, dari sisi pemerintahan, Pulau Nias sudah terbagi dalam 4 tempat kabupaten dan 1 tempat kota, yakni Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Selatan dan Kota Gunungsitoli. Ke-5 tempat di Nias tergabung dalam otonomi tempat provinsi Sumatera Utara.

Orang Nias lazimnya masih menganut metode budaya dan aturan moral istiadat yang diwarisi secara turun temurun dari kakek dan nenek moyang. Warisan tersebut memicu orang Nias masih kental dan tetap bertahan dengan budaya moral usang sehingga tidak gampang terpengaruh oleh budaya tempat lain.

Hukum moral suku Nias dipahami dengan Fondrakö. Fondrakö menampung segala faktor moral istiadat dan tata norma tempat Nias yang diberlakukan dalam kehidupan suku Nias sejak lahir hingga meninggal dunia.

Untuk mempermudah teman-teman dalam mengenal seputar Ono Niha - Nias,  postingan ini saya buat dalam beberapa serpihan disertai dengan penjelasan. 




Bahasa Nias

Dalam kehidupan sehari-hari, suku Nias memakai Bahasa Nias - dipahami dengan Li Ono Niha. Bahasa Nias mengenal 6 aksara vokal yakni a, e, i, o, ö, u.  Sementara aksara konsonannya sama persis dengan yang berlaku dalam Bahasa Indonesia.

Uniknya, meski Bahasa Nias dipahami cuma satu namun bekerjsama memiliki tiga dialek yang berlainan yakni dialek utara, tengah, dan selatan. Hal ini dipengaruhi oleh pergantian pemahaman beberapa kata dan perbedaan dalam pengucapan.

Ada 3 tempat yang memakai dialek utara yakni Kabupaten Nias, Nias Utara dan Kota Gunungsitoli. Hanya saja tempat Nias Utara dan beberapa tempat arah utara Kota Gunungsitoli memiliki sedikit perbedaan mirip nada bicara yang berirama dan sedikit lebih lambat dalam pengucapan kata terakhir disetiap kalimat.

Umumnya, dialek utara lebih banyak dipakai khususnya dalam pengerjaan lagu-lagu Nias.

Dialek tengah dipakai oleh tempat Kabupaten Nias Barat. Dialek tengah mengalami sedikit pergantian arti pada beberapa kata dari dialek utara. Pengucapan kalimat sedikit lebih singkat dan lembut.

Contohnya: kata "tema", dalam dialek utara artinya "jawab" sementara dari tempat Nias Barat artinya "jemput".

Sementara dialek selatan dipakai di tempat Nias Selatan. Dialek selatan dipahami dengan perubahan arti kata yang cukup signifikan dibanding dialek utara dan tengah. Ciri khasnya yakni sedikit lebih tegas dan keras.

Bagi suku Nias perbedaan dialek ini bukanlah suatu permasalahan besar alasannya yakni dengan kekerabatan sosial dan tali persaudaraan antar tempat yang sudah terbina selama ini, mempermudah untuk bertukar keterangan dalam hal pemahaman bahasa dari tempat masing-masing.

Informasi lebih lanjut tentang kosa kata bahasa Nias, silahkan baca postingan 500+ Kosa Kata Bahasa Nias.


Ucapan Salam

Ucapan salam yang biasa dipakai oleh suku Nias yakni Ya'ahowu. Kata ini biasanya diucapkan di saat memulai pembicaraan, bertamu dirumah saudara/kerabat, ataupun di saat berjumpa dengan teman/sahabat di saat diperjalanan.

Ya'ahowu juga dipakai untuk menyediakan ucapan salam menurut pembagian waktu, mirip Ya'ahowu zihulöwongi artinya selamat pagi, Ya'ahowu zilaluo artinya selamat siang, Ya'ahowu zitanö'owi artinya selamat sore dan Ya'ahowu zibongi artinya selamat malam.


Pakaian Adat Nias

Pakaian moral dari tempat Nias sungguh unik dan menarik. Dibuat dengan aneka macam kombinasi corak dan pernak-pernik yang dipadukan dengan tiga warna khas yakni warna merah, hitam dan kuning.

Tetapi sebagian tempat menciptakan ciri khas busana adatnya masing-masing, misalnya tempat Nias Selatan dibentuk dengan lebih lebih banyak didominasi warna kuning dan sebagian warna merah, Sementara tempat Nias, Nias Barat, Nias Utara dan Gunungsitoli lebih lebih banyak didominasi warna merah dipadukan dengan sebagian warna kuning dan hitam.

 Bahasa Nias yang dipakai selaku  sebutan untuk penduduk orisinil yang lahir Sekilas Mengenal Tradisi dan Budaya Ono Niha - Nias

Pakaian moral Nias yang dikenakan oleh lelaki dinamakan Baru Oholu dan yang dikenakan wanita dinamakan Ã¶röba Si'öli.


Rumah Adat Nias

Rumah moral Nias dinamakan dengan Omo Hada.

Rumah moral Nias dibentuk dengan materi dasar kayu, berupa oval, beratapkan rumbia dan didesain dengan ukuran-ukiran unik. Kayu yang dipakai pun bukanlah kayu sembarang. Untuk tiang saja mesti memakai kayu keras mirip kayu manawa, papan yang dijadikan lantai dan dinding berbahan kayu simalambuo.


Marga Suku Nias

Suku Nias menerapkan garis keturunan mengikuti ayah kandung atau dipahami dengan ungkapan marga atau bahasa Nias-nya Mado.

Misalnya, garis keturunan dengan kakek moyangnya berjulukan Mendröfa, maka pada nama final semua keturunannya mesti dibarengi oleh marga Mendröfa.

Beberapa marga yang ada di tempat nias, antara lain:

Amazihönö, Amuata, Baeha, Baene, Bate'e, Bawamenewi, Bawaniwa'ö, Bawö, Bali, Bohalima, Bu'ulölö, Buaya, Bunawölö, Bulu'aro, Bago, Bawa'ulu, Bidaya, Bazikho, Baewa, Dachi, Daeli, Daya, Dohare, Dohöna, Duha, Duho, Dohude, Dawölö'au, Farasi, Finowa'a, Fakho, Fa'ana, Famaugu, Fanaetu, Gaho, Garamba, Gea, Ge'e, Giawa, Gowasa, Gulö, Ganumba, Gaurifa, Gohae, Gori, Gari, Gaidö, Halawa, Hala Wawa, Harefa, Haria, Harita, Hia, Hondrö, Hulu, Humendru, Hura, Hoya, Harimao, Halu'afau, Lahagu, Lahömi, La'ia, Luaha, Laoli, Laowö, Larosa, Lase, Lawölö, Lo'i, Lömbu, Lamölö, Lature, Luahambowo, Lazira, Lawelu, Laweni, Lasara, Laeru, Löndu Go'o, Lugu, Maduwu, Manaö, Maru'ao, Maruhawa, Marulafau, Mendröfa, Maruabaya, Möhö, Marunduri, Mölö, Nazara, Ndraha, Ndruru, Nehe, Nakhe, Nadoya,Sadawa, Sa'oiagö, Sarumaha, Saro, Sihönö, Sihura, Sisökhi, Saota,Taföna'ö, Telaumbanua, Talunohi, Tajira, Wau, Wakho, Waoma, Waruwu, Wehalö, Warasi, Warae, Wohe, Zagötö, Zai, Zalukhu, Zamasi, Zamago, Zamili, Zandroto, Zebua, Zega, Zendratö, Zidomi, Ziliwu, Ziraluo, Zörömi, Zalögö, Zamago zamauze.

Kalau ada yang kurang silahkan ditambah heheheheh.


Amaedola Li Niha

Suku Nias lebih banyak memakai Amaedola Li Niha - Peribahasa Nias - pada program moral atau pesta pernikahan. Kadang juga dijadikan selaku kata-kata motivasi, nasehat, amanah, dan isyarat dalam melaksanakan sesuatu.

Seperti amaedola berikut:
Aoha noro nilului wahea, aoha noro nilului waoso, alisi tafadaya-daya hulu tafaewolo-wolo.

Umumnya peribahasa ini dijadikan selaku salah satu anjuran biar mengedepankan kebersamaan dan koordinasi dalam menyelesaikan suatu kasus atau aktivitas yang memerlukan tenaga dan partisipasi orang dengan jumlah banyak. Dengan kebersamaan dan koordinasi maka semua kasus akan gampang untuk menyelesaikannya.

Jika sobat ingin mengenali amaedola ono niha yang lain, sanggup dibaca di postingan saya mengenai Kumpulan Peribahasa/Amaedola Ono Niha.


Pernikahan Adat Nias

Untuk melangsungkan perjanjian nikah di tempat Nias, dikehendaki antisipasi yang masak baik dari pihak lelaki maupun perempuan.

Tak jauh beda dengan yang kita kenal selama ini, perjanjian nikah itu ialah serpihan ibadah yang sakral dan perlu dipikirkan dengan baik-baik alasannya yakni ini menyangkut pendamping atau teman dekat semasa hidup.

Ya, begitu pula dengan tempat Nias. Tetapi, bukan itu saja sebenarnya. Ada satu hal lagi yang cukup penting dalam perjanjian nikah di tempat Nias yakni jujuran, atau bahasa Niasnya dipahami "böwö".

Böwö atau jujuran ialah mas kawin yang sudah disepekati bareng dan diberikan/dibayarkan oleh pihak lelaki terhadap pihak keluarga wanita selaku ongkos moral dalam melangsungkan pernikahan.

Selama ini, jujuran yang berlaku didaerah Nias dipahami dengan jumlah yang cukup besar.

Besarnya jujuran bukanlah sesuatu yang mengada-ngada, mengingat ongkos pelaksanaan moral yang terlalu banyak namanya, mesti dilunasi dan dibayarkan sebelum ataupun di saat berlangsungnya pesta pernikahan.

Bagi suku Nias, hal ini sudah dianggap selaku sesuatu yang lumrah dan kebiasaan yang dianggap selaku kewajaran.

Sah-sah saja, mengingat kemungkinan besar suku Nias cuma menikah sekali dalam seumur hidup dan tidak memedulikan perceraian terkecuali kalau takdir sang pencipta.

Ada beberapa aturan dalam perjanjian nikah Nias yaitu:
  • Dilarangnya perjanjian nikah dengan anggota keluarga sendiri dan sesama marga.  
  • Tingkatan atas keturunan baik lelaki maupun wanita tidak diperbolehkan menikah dengan garis bawah keturunannya mirip pihak paman (garis keturunan dari laki-laki) dihentikan menikah dengan  keponakannya (garis keturunan perempuan), tetapi
  • Garis bawah keturunan yakni keponakan lelaki dibolehkan menikah dengan tingkatan atas keturunan yang sederajat yakni anak wanita dari paman laki-laki, Istilah bahasa Niasnya: sangawuli ba nuwu.

Untuk memperbesar pengetahuan sobat tentang moral pernikahan suku Nias, berikut tahapan-tahapan tradisi yang mesti dijalankan oleh lelaki dan wanita sebelum dan sesudah pernikahan, yaitu:

Tahapan pertama: mempelai lelaki meminang mempelai perempuan.

Pada tahap pertama, mempelai lelaki berkunjung ke tempat tinggal pihak keluarga wanita untuk meminang atau melamar si wanita dengan diperantarai oleh seorang si'o dari lelaki dan si'o dari perempuan. Si'o dalam hal ini diistilahkan selaku pos atau penyambung pengecap antara pihak lelaki dan pihak perempuan.

Untuk meraih perjanjian bareng antara kedua belah pihak, akan dijalankan oleh kedua si'o. Salah satunya kalau pinangan lelaki diterima atau tidak maka disampaikan lewat si'o.

Jika pinangan lelaki diterima maka dilanjutkan dengan konferensi untuk menyeleksi besar jujuran dan waktu tunangan. Jujuran dinyatakan dalam bentuk uang, emas dan babi.

Tahapan kedua: tunangan (famatua).

Tahap ini dianggap selaku tahap permulaan proses perjanjian nikah atau dipahami dengan ungkapan famatua, ditandai dengan penyerahan atau pemasangan cincin tunangan terhadap mempelai perempuan.

Tahap ini diawali dengan program penyerahan bola nafo atau "mame'e bola" terhadap ibu mempelai wanita yang didalamnya sudah disematkan cincin tunangan atau "laeduru" terhadap si mempelai wanita selaku bukti bahwa pinangan mempelai lelaki sudah diterima. Acara ini dijalankan di rumah pihak perempuan.

Sebagian tempat juga melakukannya dengan cara pemasangan cincin dijari anggun antara mempelai wanita dan lelaki secara bergantian.

Di dalam bola nafo (wadah sirih) yang diserahkan oleh mempelai laki-laki, selain cincin juga mesti diisi dengan afo yang berisikan 5 jenis yaitu:
  • Tawuo (sirih)
  • Betua (kapur sirih)
  • Gambe (gambir)
  • Fino (pinang)
  • Bago (tembakau)

Pada tahap ini, mempelai lelaki juga menyerahkan sebagian duit jujuran selaku simbol perjanjian bahwa si wanita diikat dan dihentikan dipinang oleh lelaki lain.

Selain itu, juga disepakati kapan hari perjanjian nikah dilaksanakan atau ungkapan bahasa Nias-nya "fangötö bongi".

Beberapa juga tahapan program perjanjian nikah mirip "femanga bawi nisila hulu" dan "fanunu manu" kadang digabungkan pada pelaksanaan tahapan ini.

Tahapan ketiga: penyerahan böwö (jujuran).
Pada tahap ini mempelai lelaki mengunjungi rumah keluarga mempelai wanita untuk menyerahkan böwö yang sudah disepakati sejak permulaan ditemani oleh si'o dan beberapa orang dari pihak  keluarga laki-laki.

Tahapan keempat: pesta pernikahan.

Tahapan ini yakni puncak program atau hari yang paling ditunggu-tunggu. Tetapi sebelum hari pesta perjanjian nikah beberapa rangkaian aktivitas yang mesti dituntaskan apalagi dahulu mirip famahowu'ö (pemberkatan nikah), folau/folohe bawi (mengantar babi adat), fame'e nono nihalo, dan famotu (pemberian nasehat).

Acara pesta perjanjian nikah bahasa Nias-nya falöwa.

Pada program ini akan berjalan konferensi kedua pihak keluarga mempelai yang turut didatangi oleh seluruh warga desa/kampung kedua mempelai, ketua moral dan yang paling penting yakni paman dari kedua mempelai. Tamu permohonan juga ikut hadir dalam program tersebut.

Biasanya dalam program ini ada banyak babi yang disembelih selaku patokan moral yang mesti dihidangkan terhadap tamu permohonan yang datang pada program tersebut.

Acara penting pada tahapan ini yakni fanika era-era mböwö. Acara ini dipandu oleh ketua-ketua moral dengan menginformasikan semua silsilah keturunan mempelai wanita disusul dengan utang moral mempelai lelaki dan teguran serta larangan-larangan yang dibebankan terhadap mempelai laki-laki.

Setelah rangkaian program dijalankan maka ditutup dengan program fame'e tou ono nihalö disusul dengan Famatörö töi ono nihalö (pemberian nama mempelai perempuan).

Tahapan kelima: kunjungan kembali kerumah keluarga mempelai perempuan.

Tahapan ini dinamakan "famuli nukha". Sebagian tempat juga menyebutnya "femanga gahe".

Setelah pesta pernikahan, kedua mempelai mengujungi kembali rumah keluarga mempelai wanita ditemani oleh anggota keluarga mempelai laki-laki.

Tahapan ini penting dijalankan untuk meminta doa dari orang bau tanah dan saudara/i mempelai wanita biar terberkati dalam menjalani keluarga baru.

 Bahasa Nias yang dipakai selaku  sebutan untuk penduduk orisinil yang lahir Sekilas Mengenal Tradisi dan Budaya Ono Niha - Nias


Lagu Tradisional Nias

Setiap tempat niscaya memiliki lagu tempat masing-masing. Sudah barang pasti begitu pula dengan tempat Nias.

Beberapa lagu tradisional dari tempat Nias, antara lain: Ono Gauko, Tanö Niha Omasi'ö dan lagu yang cukup terkenal dan terkenal yakni Tanö Niha.

Berikut lirik lagunya:
Tanö Niha
Cipt. Aro'ö Zebua dan L. Zebua

Tanö Niha banua somasido
Tanö situmbu ya'o föna
He mukoli ndra'o ba zaröu
Ba lö olifudo sa'ia

Tanö si tumbudo
Mohili wa'ebolo ndraso
So nuo nidanö ba mbombo
Fasui asi sebolo

Tanö Niha satabö sinanö
Sowanua khonia lö fa'ambö
Ufabu'u ba ubelegö
Me yaugö sa dötönafö

Tanö omasi'ö
No so'ö ba duduma hörö
Amaedola nina ndra'ugö
Sangebua Sondrorogö


Alat Musik Tradisional Nias

Alat musik tradisional tempat Nias yakni göndra, aramba, faritia, dan koko.

Alat musik göndra, aramba, dan faritia biasa dimainkan secara gotong royong di saat pesta perjanjian nikah di tempat Nias. Sebagian juga dijadikan selaku alat musik pengiring di saat melaksanakan gerakan tarian daerah.

Göndra dimainkan oleh dua orang lelaki dengan cara dipukul memakai bambu. Ukurannya cukup besar dan  biasanya digantung di kayu dengan memakai tali. Untuk memainkannya pun mesti dalam posisi berdiri.

 Bahasa Nias yang dipakai selaku  sebutan untuk penduduk orisinil yang lahir Sekilas Mengenal Tradisi dan Budaya Ono Niha - Nias

Aramba juga dimainkan dengan cara dipukul. Aramba ialah alat musik yang diistimewakan dibanding dengan alat musik lainnya. Karena dianggap selaku benda keramat yang tetap dijaga dan memiliki nilai yang cukup tinggi. Tak heran kalau alat musik ini tetap diwariskan terhadap anak cucu hingga di saat ini.

 Bahasa Nias yang dipakai selaku  sebutan untuk penduduk orisinil yang lahir Sekilas Mengenal Tradisi dan Budaya Ono Niha - Nias

Faritia dimainkan dengan cara dipukul memakai kayu dan dimainkan oleh dua orang lelaki secara bergantian.

 Bahasa Nias yang dipakai selaku  sebutan untuk penduduk orisinil yang lahir Sekilas Mengenal Tradisi dan Budaya Ono Niha - Nias

Koko juga dimainkan dengan cara dipukul. Koko yang dibikin dari kayu panjang dengan serpihan tengah yang sudah dilubangi selaku wadah untuk menciptakan bunyi/suara.
 Bahasa Nias yang dipakai selaku  sebutan untuk penduduk orisinil yang lahir Sekilas Mengenal Tradisi dan Budaya Ono Niha - Nias
Koko biasanya dibunyikan untuk mengundang penduduk suku Nias kalau ada yang akan dibicarakan atau dibahas bersama.

Alat musik yang lain dari tempat Nias yakni doli-doli dan keroncong.


Tari Tradisional Nias

Ada beberapa tari tradisional tempat Nias antara lain tari maena, fatele, tari moyo, tari fangowai (tari sekapur sirih).

Tari maena merupakan tari yang pesertanya lelaki dan wanita dan dijalankan secara massal atau berkelompok. Tari ini biasa dijalankan di saat pesta pernikahan, program formal atau acara-acara peresmian.

Tari ini diiringi dengan lagu Nias dan musik. Dipandu oleh dua orang penyanyi pengiring dan secara bergantian melaksanakan nyanyian dengan berselang seling antara semua akseptor tari.

Tarian ini sangatlah sederhana dan gampang untuk dipelajari. Dominan gerakannya yakni gerakan kaki yang melaksanakan perpindahan tempat dibarengi perubahan posisi tubuh dan ayunan tangan akseptor tari. Gerakan kaki berisikan dua jenis yakni gerakan kaki dengan gaya sisi tiga dan gaya sisi empat. Kebanyakan yang dipakai yakni gaya sisi empat.

Makna filosofi dari tarian ini yakni kebersamaan, kegembiraan dan kemeriahan.

Tari perang atau tari baluse (fatele), ialah tari yang diperagakan secara berkelompok dengan memakai alat peraga perang mirip tombak (toho), pedang (gari) dan perisai (baluse).

Hal ini menggambarkan bahwa penari tari perang layaknya seorang ksatria atau serdadu dari tempat Nias.

Tombak atau pedang biasanya berada di ajun penari selaku alat untuk menyerang musuh atau musuh. Sementara ditangan kiri, memegang perisai selaku alat pertahanan atau untuk menangkis serangan dari lawan.

Setiap penari juga mengenakan busana tari khusus (pakaian perang) yang sudah didesain dengan motif unik dan warna khas tempat Nias yakni merah, kuning, dan hitam, dilengkapi dengan mahkota di atas kepala.

Tarian unik ini dimainkan oleh sejumlah lelaki yang cukup besar lengan berkuasa dan perkasa selaku bentuk perwujudan dari ciri khas dan kebiasaan suku Nias yang siap berperang untuk mempertahankan keselamatan desa/kampung dari serangan musuh demi terciptanya kenyamanan dan kenyamanan sukunya.

Tarian ini dipimpin oleh seorang komandan selaku pemberi isyarat tarian. Mula-mula gugusan penari membentuk barisan berjajar panjang dan kalau sudah saatnya maka komandan akan memberi isyarat untuk membentuk gugusan melingkar. Pada di saat gugusan ini aktivitas fatele akan diperagakan secara bergantian oleh penari.

Sepanjang pertunjukkan tarian ini, penari dan komandan meneriakkan kata-kata pembakar semangat secara bergantian.

Biasanya tari ini dimainkan selaku tari penyambutan tamu khusus. Tarian ini dijalankan di lapangan terbuka dan cukup luas.

 Bahasa Nias yang dipakai selaku  sebutan untuk penduduk orisinil yang lahir Sekilas Mengenal Tradisi dan Budaya Ono Niha - Nias

Tari moyo ialah tari yang diperagakan oleh beberapa wanita dengan memakai baju moral Nias. Tari moyo juga sering disebut dengan tari elang alasannya yakni gerakannya yang mirip burung rajawali yang sedang melayang sambil mengepakkan sayap.

Saat ini, tari moyo lazimnya dijadikan selaku tarian untuk menyambut para tamu-tamu terhormat mirip penyambutan para pejabat, gubernur, menteri, presiden dan sebagainya, yang berkunjung ke tempat pulau Nias,

Tarian ini dijalankan dengan diiringi musik memakai alat musik tradisional Nias. Selain itu, juga diiringi dengan lantunan lagu yang dibawakan oleh pengiring vocal. Awalnya, irama musik dan lagu dimainkan dengan tempo lambat, usang kelamaan berlanjut makin cepat.

Gerakan penari pun mesti diubahsuaikan dengan irama musik dan lagu. Jika irama musik dan lagu lambat maka gerakan penari juga lambat, demikian juga kalau irama musik dan lagu cepat maka gerakan penari pun dijalankan dengan cepat.

Gerakan tarian ini didominasi oleh gerakan tangan mirip sedang mengepakkan sayap, dibarengi dengan gerakan kaki yang berjinjit.

Untuk menjadi penari maka mesti mengikuti latihan khusus secara terus-menerus hingga gerakannya sungguh-sungguh dikuasai. Bahkan sebagian sekolah-sekolah di wilayah Nias sudah memicu tari ini selaku salah satu aktivitas ekstrakurikuler yang teratur dalam suatu wadah sanggar seni budaya. Pada aktivitas ini, siswi yang berhasrat akan dilatih untuk menjadi penari tari moyo.

Dengan cara ini, tari moyo akan tetap tersadar dan terwarisi secara turun temurun terhadap generasi berikutnya.

 Bahasa Nias yang dipakai selaku  sebutan untuk penduduk orisinil yang lahir Sekilas Mengenal Tradisi dan Budaya Ono Niha - Nias


Cerita Daerah

Cerita tempat yang cukup terkenal dan melegenda di tempat Nias yakni Laowömaru.

Laowömaru ialah lelaki terkuat dan kebal alasannya yakni ilmu hitam yang dimilikinya. Dia tinggal disebuah gua di sekeliling pantai yang di sekarang ini dipahami dengan pantai Laowömaru.

Cerita tempat yang lain yang cukup terkenal yakni oyo ba susua, laosi ba buaya.

Selain itu, di Nias juga terdapat dongeng tempat yang dibungkus dengan bentuk mirip dongeng yang mengandung pesan-pesan dan nasehat-nasehat dalam kehidupan sehari-hari dinamakan dengan manö-manö.


Destinasi Wisata

Salah satu tempat rekreasi tempat Nias yang sungguh digemari oleh para pelancong yakni Pantai Sorake.  Pantai ini berada di tempat Nias Selatan. Pantai ini sungguh terkenal, selain memiliki pantai yang sungguh indah juga juga memiliki ombak yang sungguh besar dan menantang.

Tak jarang event dan kontes surfing tingkat internasional diselenggarakan disini. Tak ayal bahwa tempat ini ialah incaran para surfer dari mancanegara yang berkunjung ke Indonesia.

Selain itu, destinasi rekreasi yang cukup familiar dan terkenal yang lain yakni Hombo Batu atau Lompat Batu. Terletak di tempat Bawomataluo, Nias Selatan. Dalam terjemahan Indonesia, hombo artinya terbang/lompat dan batu/kara artinya batu. Singkatnya hombo watu memiliki arti terbang/melompati suatu batu. Atraksi ini dijalankan oleh laki-laki.

Tradisi hombo watu sudah ada sejak dahulu dan diwariskan secara turun temurun di setiap keluarga dari ayah terhadap semua anak laki-lakinya.

Awalnya, hombo watu ini ialah tradisi yang lahir dari kebiasaan lelaki Nias yang dilatih selaku pejuang-pejuang perang. Laki-laki diharuskan memiliki karakter keras, besar lengan berkuasa dan pemberani.

Untuk sanggup melaksanakan atraksi hombo batu, anak lelaki dari tempat Nias sudah mulai dilatih sejak umur 7 tahun dengan melompati tali atau bambu apalagi dahulu. Ukuran tingginya pun diubahsuaikan dengan bertambahnya usia si anak.

Bila sudah saatnya maka si anak diberikan peluang untuk melompati tumpukan watu berupa prisma tegak yang sudah disusun dengan tinggi kurang lebih 2 meter.

Keberhasilan melompati tumpukan watu tersebut membuktikan bahwa si anak sudah menampilkan perilaku selaku seorang lelaki pemberani dan sudah meraih tingkat kedewasaan selaku keturunan pejuang Nias.

Hanya saja, tidak semua lelaki dari tempat Nias sanggup melakukannya walaupun sudah berlatih sejak dari kecil.

Suku Nias mempercayai bahwa selain latihan sejak dari kecil, juga ada unsur magis dari roh leluhur sehingga seorang anak lelaki sukses melompati watu dengan sempurna.

Aturan yang dihentikan dilanggar dalam atraksi ini yakni anggota tubuh seperti kaki, tangan atau anggota tubuh yang lain dihentikan menjamah sedikit pun serpihan batu. Jika hal ini terjadi maka mesti mengulangnya dari permulaan hingga semua anggota tubuh sungguh-sungguh melompati watu dan tidak mengenainya sedikit pun.

 Bahasa Nias yang dipakai selaku  sebutan untuk penduduk orisinil yang lahir Sekilas Mengenal Tradisi dan Budaya Ono Niha - Nias

Bukan cuma itu saja pesona para pelancong disana, terdapat juga tempat tinggal penduduk dengan bentuk rumah moral Nias yang sudah dibentuk rapi dan tersusun sedemikian rupa. Jika berjalan hingga pertengahan tempat tinggal penduduk, terdapat suatu rumah moral yang ukurannya sungguh besar, Omo Sebua namanya.

Tempat ini sungguh digemari untuk dijadikan selaku latar berfoto.

Destinasi rekreasi yang lain yang cukup terkenal yakni Bombo Aukhu, Pantai Berbunyi (Sifahandro), Pantai Tureloto, Kaliki. 


Agama

Umunya kepercayaan/agama yang dianut oleh suku Nias yakni agama kristen protestan, dan katolik. Tetapi sebagian yang tinggal di tempat perkotaan dan sekitar pesisir pantai menganut agama islam.

Suku Nias lazimnya memiliki perilaku toleransi yang tinggi antar umat beragama.


Mata Pencaharian

Mata pencaharian utama suku Nias yakni petani karet dan sawah. Disekitar pantai, sebagian penduduk bermata pencaharian  selaku nelayan.

Beberapa mata pencaharian lain mirip pedagang, pengusaha, peternak, pedagang ikan, pedagang kelapa, pekerja bangunan, buruh dan lain sebagainya.


Pelabuhan dan Bandara

Untuk keluar masuk tempat pulau Nias, sanggup dijalankan lewat transportasi bahari dan udara.

Hampir semua tempat diwilayah pulau Nias sudah memiliki pelabuhan, cuma saja yang lebih aktif dalam proses pengangkutan barang dan penumpang yakni pelabuhan Gunungsitoli.

Sementara itu, bandara aktif yang ada di kepulauan Nias cuma ada dua yakni bandara binaka dan bandara telo.

Bandara binaka ialah satu-satunya bandara yang melayani penerbangan domestik diwilayah kepulauan Nias.


Orida Nias

Tahukah teman-teman kalau zaman dahulu orang Nias pernah punya mata duit sendiri?? ya memang benar, dahulu suku Nias pernah punya mata duit sendiri yang dipakai selaku alat untuk transaksi jual beli.

Gak percaya??

Sudah ada buktinya kok. Uang dari tempat Nias di sekarang ini sudah disimpan baik-baik di Museum Uang Sumatera. Uang tersebut dipahami dengan nama Oeang Republik Indonesia Daerah Nias atau Orida Nias.

Bahkan mesin untuk mencetak duit di saat itu masih utuh dan bertahan hingga sekarang. Sobat sanggup menemuinya di Desa Onowaembo, Kota Gunungsitoli.

Bila ingin mengenali lebih lanjut tentang Orida Nias, sobat sanggup membacanya melalui Uang Nias Lama Ada Di Museum Uang Sumatera.


Kesimpulan:

Ono Niha - Nias ialah salah satu suku di Indonesia yang memiliki sejumlah keunikan dan  kelebihan. Keadaan alam dengan objek rekreasi yang menawan nan indah membuatnya selaku tempat yang cukup dipertimbangkan dikancah nasional dan internasional. Ditambah dengan tradisi, budaya dan moral istiadat yang masih bertahan hingga kini memperbesar keunikan tersendiri kalau daripada suku yang lain di Indonesia.

Saya menyadari bahwa postingan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saya tetap melaksanakan pembaharuan demi keterangan yang akurat tentang tradisi dan budaya Ono Niha - Nias. Semoga bermanfaat, Ya'ahowu.
Post a Comment (0)
Previous Post Next Post